OPINI : ETALASE /
SELASAR KARYA SENI
Saat kita melihat
dua lukisan kontemporer bagaimana kita meresponsnya? Sebagian besar pergi ke
galeri ataupun tempat wisata pertunukan musik dan lainnya pasti selalu membuat
dokumentasi, ini karena banyak poser bertebaran di mana-mana. Contoh memakai
kaos band tapi tidak tau nama personil bahkan vokalis band. Di galeri ini ada
orang menggambar sesuatu
Berabad-abad yang lalu, karya seni ad
![]() |
menggambar kembali The Creation of Adam, Michelangelo |
alah sesuatu yang bernilai. Para pelukis era menggunakan media, memperhitungkan presisi, pembagian lukisan, detail garis, perpaduan warna, kisah atau pesan di balik lukisan itu.
Pada abad 20
hingga kini, seni berubah. Tentu semua orang adalah seniman. Koki yang memasak
adalah seniman, tukang kebun adalah seniman. Karena hakikatnya bebas. Seni
ialah peniruan terhadap alam, kata Plato. Tapi zaman telah berubah. Peradaban maju
dan manusia dituntut untuk berinovasi. Seniman masa kini (kontemporer) bisa
menggunakan media lain selain kanvas dan batu (seni rupa). Sebenarnya saya tidak ingin membahas berita
kontroversial dua tahun silam karena sudah cukup banyak dibahas ketika kita
menggugat seni modern, tapi ini bisa jadi bukti paling nyata. Sebuah pisang
direkatkan di dinding dan berhasil dijual seharga 1.7 triliun. Ini gila. Oke, “semua
anak adalah seniman” kata Picasso. Mari kita sepakati ini dulu. Ada juga
seniman yang melukis menggunakan darah haid. Ini gila. Seni tentu bukan hanya
tentang keindahan, tapi jika hal seperti ini dibiarkan, apa beda dengan tanda
ban mobil yang berbelok tanpa disengaja? Apa itu bisa dibilang karya seni?
Tentu akan ada banyak perdebatan. Tapi apa kita bersedia membayar ratusan juta?
Karya seni bernilai karena ada nilai historis di baliknya,
Saat kita melihat
sebuah pajangan di pameran, tidak dibuat di atas kanvas. Menggambar salah satu
tokoh besar, lalu catlah gambar itu dengan berbagai warna agar terlihat indah
(wpap). Karena seni itu indah. Tunggu, seni tidak hanya berhenti sampai di
situ. Saya berkarya. Tapi lukisan kita sendiri sejujurnya tidak kita pahami,
kita tidak tahu apa yang hendak disampaikan.
Kita membuat
garis-garis di belokan ke kiri lalu ke kanan, diputar lagi, kita buat titik dan
garis ke mana-mana tak tentu arah hingga mmenjadi sesuatu yang enak dipandang.
Kita membuat karakter-karakter lucu, lagi-lagi enak dipandang.
Saat akan membuat
design untuk suatu tempat umum kita hanya perlu menggunakan aplikasi yang sudah
banyak templatenya, *anv*. Jika ingin gambar yang bagus kita cukup mencarinya
di pinterest dan selesai.
Contoh lukisan
the scream edvard munch
Salah satu cerpen
dari Anton Chekhov yang berjudul karya seni.
Tapi saat kita
berada di depan karya seni, bagaimana kita menikmatinya?
Dalam
penyelanggaran pameran seni, kita tidak hanya menampilkan karya dari sang
seniman saja. tapi kita harus memperhatikan latar dari karya seni itu, termasuk
jarak pandang penikmat seni dan ruangan di mana karya seni itu dipamerkan. Ini
bukan soal “saya melukis” atau “saya tekun berlatih untuk membuat detail”atau “Saya
melakukan apa yang saya suka”. Karya seni bukan hanya soal enak dipandang tapi
ia mempunyai roh. Kita tidak datang ke galeri atau pameran hanya untuk melihat
sesuatu yang disebut karya kurang dari semenit lalu karena tidak memahami kita
berkata “aku tidak mengerti, toh dia seniman, aku tak tau jalan pikiran seniman.
karenanya, dia keren”, sang seniman yang dikritik keliru jika berkata “aku
seorang seniman, kau tidak akan memahami karya ini, ini sebuah mahakarya. Ini
ide brilian yang tidak bisa ditembus oleh orang biasa sepertimu”.
{mungkin paragraf
ini perlu dihapus} Menurut saya, sebagai seorang yang masih awam, ruang untuk
memamerkan seni lukis tidak harus dipenuhi corak atau garis atau gambar lain,
karena yang akan ditonjolkan ada di sebuah bingkai, maka latar atau dinding itu
harus kontras dengan karya itu. Contoh warna putih, atau merah gelap atau hijau
gelap. Latar seperti ini akan membantu kita sebagai penikmat untuk fokus
memandang dan menikmati karya yang dipamerkan. Berikutnya adalah posisi penempatan
karya seni. Karya yang terlalu tinggi akan menyulitkan pengunjung yang kurang
tinggi dalam hal ini perempuan. Sebaliknya penempatan yang terlalu rendah akan menyulitkan
pengunjung yang lebih tinggi, kebanyakan laki-laki. Lagi-lagi penyelenggara
tidak hanya dituntut untuk memamerkan tapi memastikan penikmat karya tersebut
merasa nyaman. Bagaimana mungkin kita bisa menikmati karya seni jika leher kita
pegal? Kecuali jika kita ke sana hanya untuk mendapatkan foto yang artsy.
Belakangan kita
bisa dengan mudah melihat garis dan warna lucu di setiap sudut jalan, di
bangunan tua sampai media sosial. Tapi apa yang seperti ini akan bertahan lama?
Doodle art. Beberapa tahun belakangan ia sempat booming, dan hampir semua anak
muda mencoba untuk membuatnya, tapi selanjutnya apa? Ya, memang lucu, menarik,
tapi setelah kita menggambar makhluk lucu itu, apa yang kita dapatkan? Apa yang
membedakan karya Rembrant dengan Pollock? Apa yang membedakan karya Affandi dan
Basquiat? Apa pesan yang kita sampaikan? Adakah mereka melihatnya, setelah itu memikirkannya
di hari selanjutnya? Mungkin puluhan tahun mendatang, seni kontemporer akan
semakin berkembang. Dan generasi mendatang akan mengenang kita sebagai generasi
doodle atau wpap(?) kira-kira seperti apa tren atau khas seni di generasi
mendatang? Apa yang membedakan karya seni yang bernilai tinggi dan karya seni yang
tidak cukup bagus? Kita sudah kehilangan standar dalam menilai karya seni,
dalam hal ini seni lukis. Kita mulai terbuka dengan apapun dan memaklumi semua penggabungan
dan pengaburan. Inilah dunia kita. Pada 2018, sebuah museum menggabungkan
seni jaman dulu dan seni modern. Terlihat jelas perbedaannya. Tentu ini masih
bisa diperdebatkan. Dan untuk itulah museum itu hadir. Hehe
Kritik terhadap
seni masa kini. Modern art is rubbish. Sampah bisa dibuat menjadi karya seni.
Tapi apakah kita serius mengelolanya, atau hanya akan menjadi barang rongsokan
yang diberi cat warna warni? Hanya rongsokan yang diletakan berbeda sehingga
kita punya persepektif yang berbeda? (kalo yang kedua ini mungkin saya setuju.
Hehe). Kritik terhadap masa kini.
Membuat presisi dalam beberapa point untuk menemukan hal-hal baru. Dalm
perspektif yang sama juga kita tahu bahwa hari-hari ini kita dituntut
berinovasi, tapi juga tidak serta merta seenaknya saja. dan mengabaikan pesan
yang ingin disampaikan. Seperti ketika kita melihat sebuah buku dari cover. Dan
hanya mencomot dan mengurangi beberapa kalimat yang harusnya utuh agar bisa
dipahami dengan benar, agar konteksnya tidak salah. Seberapa paham kita akan
konteks yang dimaksud, meskipun begitu kalau berbicara di luar konteks, ada
juga suatu bangunan yang belum selesai dijadikan cafe dan mengatasnamakan bagian
dari seni, mengatasnamakan estetika zaman modern, proyek yang belum selesai itu
dinikmati oleh pengunjung. Inilah manusia hari-hari ini.
Dalam salah satu scene film .... ..... ......... ada dialog seperti ini “you’re face is ugly, you gonna be masterpiece of modern art”.
Pembuat meme
bukan seniman.
ENTITAS HIDUP DAN
MEMORI
Mungkin pembaca
akan berkata bahwa saya masih teralu muda untuk beranggapan seperti ini.
0 comments: