Stop Spreading Hoax

Kita mempercayai sebuah berita karena sesuai dengan pendapat saja. kita begitu prihatin atau marah dengan peristiwa yang tergambar di sana meskipun tidak tahu kebenarannya. tapi haruskah kita menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya? haruskah kita merugikan orang lain dengan membuat mereka sependapat dengan kita? sepertinya banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa dirinya menjadi penyebar dan penikmat berita bohong atau hoax. stop sebar berita hoax sudah digaungkan di mana-mana. tapi mengapa masih ada yang menjadi penyebar hoax?





masyarakat kita senang sesuatu yang instan. kita mudah terprovokasi apalagi lewat media sosial. karena tidak ada sikap kritis menerima berita, kita cenderung melihat judul yang 'menarik' saja tanpa membaca isinya. hanya memilih berita yang sepaham dengan kita tanpa menyadari kebohongan yang ada di dalamnya. membagikan berita yang di luar batas kewajaran tanpa memastikan kebenarannya. bila kita setuju, bagikan. tidak setuju, bagikan. tidak lupa sertakan komentar. tapi pernahkah kita berpikir tentang keaktualan berita? bagaimana kita tahu sebuah berita mengarah pada kebohongan? 


Kenali Berita Hoax
hoax biasanya mengandung berita negatif dan dilebih-lebihkan. menyudutkan satu pihak hanya berdasar pada opini. berita negatif juga termasuk menyebarkan hal yang kita takuti imbasnya orang lain ikut khawatir dan ketakutan (ini bahaya jika terjadi pada orang tua). karena menyebar berita hoax, niat memberi peringatan justru membuat kekacauan. selain itu, bisa saja dengan menyebar kabar yang belum dipastikan kebenarannya ini adalah cara lain untuk memperkuat pendapat buruk kita pada orang atau kelompok tertentu. mencari kawan agar banyak yang ikut 'menyerang' pihak yang terkait. orang akan senang jika banyak yang sependapat dengannya sama halnya jika banyak likes dan comment diperoleh dari setiap unggahan, ini karena media sosial adalah tempat untuk kita mendapatkan pengakuan bahkan dari orang yang tidak dikenal. berangkat dari alasan-alasan tadi, banyak dari kita merasa senang dan mungkin menganggap dirinya hebat jika ternyata dia adalah orang pertama yang menyebarkan informasi atau suatu peristiwa.


jika informasinya salah atau orang lain menanyakan kebenaran berita, dengan mudah kita menjawab TIDAK TAHU dengan alasan hanya meneruskan unggahan orang di medsos atau hanya membaca di sebuah media online. mungkin dengan membagikan berita di sosmed kita hanya ingin memberi informasi atau ingin orang lain tahu pendapat kita sama dengan isi berita. tapi saat membaca berita di media digital, menyebarkan atau tidak seharusnya kita cek kebenarannya. jangan menelan mentah-mentah berita hanya berdasarkan judul atau beritanya saja tanpa melihat sumber berita (yang tidak jelas dan cenderung memihak).


salah satu contoh tidak kritis terhadap berita saya temukan di twitter pada Mei 2017, seseorang mengunggah hasil screenshoot judul berita saja "Beredar foto syukuran atas vonis B, P sebut itu spontanitas." jika hanya membaca judulnya saja (apalagi memang membenci sosok P) orang akan berpikir yang dimaksud berita tadi adalah PS yang mencalonkan diri menjadi pemimpin. padahal jika dicermati beritanya, pernyataan tadi dilontarkan PS, seorang pejabat yang kebetulan nama depannya sama dengan PS yang mencalonkan diri jadi pemimpin. orang yang memuat berita ini di twitter kemudian menyertakan caption 'melihat pernyataan ini, pantaskah jadi pemimpin?' diikuti dengan polling yang setuju retweet, tidak setuju likes. jelas ini hasutan untuk membenci pribadi atau kelompok tertentu, menyebar berita tanpa dibaca lebih dulu, merugikan orang lain dan mempermalukan dirinya sendiri. dan rupanya respon warganet seimbang. banyak yang menegur si pembuat hoax, banyak juga yang termakan umpan. tidak setuju dengan pemikiran dan tindakan orang lain boleh saja, menyuarakan pendapat juga boleh, tapi bukan berarti kita harus menjadi seorang pembenci dan menebar kebencian.




agar tidak masuk perangkap berita hoax seperti contoh di atas, kita harus saring sebelum sharing. pertama cari situs resmi atau cari lagi di google mengenai berita tersebut. mengapa google? ketika mengetik judul berita di google, biasanya akan muncul berita yang serupa dari berbagai sumber. carilah sumber-sumber yang terpercaya, bandingkan satu dengan yang lain karena lewat berbagai sumber terpercaya ini kita bisa tahu berita tadi berdasarkan fakta atau opini semata. apakah sesuai dengan judul? ataukah sebenarnya itu hanya kesalahpahaman? dalam suatu kasus, bahkan ada orang yang menyebar berita hoax yang sudah expire. parahnya lagi banyak yang ikut berkomentar atau mungkin menyebarkan lagi berita yang jelas-jelas bohong, basi, dan sudah bertahun-tahun lalu diklarifikasi. itu sebabnya selain memperhatikan judul dan substansi berita yang cenderung provokatif, kita perlu melihat tanggal berita ini dibuat. besar kemungkinan kasus yang saya sebutkan tadi terjadi karena tidak melihat tanggal, hanya fokus pada berita, apalagi berita ini menyangkut pihak yang berseberangan dengannya. selanjutnya, hal lain yang harus diperhatikan adalah sumber berita. sebenarnya masih sama dengan poin pertama tapi ini lebih spesifik. lihat alamat website atau akun yang memuat berita. apakah terpercaya? atau hanya website kelompok tertentu yang tidak punya kredibilitas? apa isi beritanya selama ini netral atau menyudutkan pihak tertentu? jika ada foto dan video, kita bisa cermati apakah itu hasil editan atau bukan. kalaupun asli,  biasanya foto tidak nyambung dengan isi berita.


karena menjamurnya artikel tentang menguak fakta yang sebenarnya hanya berdasar pada opini, misalnya inilah 5 zodiak yang paling setia dalam hubungan, fakta orang libra adalah tipe cuek tapi perhatian, fakta  orang yang lahir bulan April tipe yang sangat baik pada orang yang berlaku baik, tapi bisa bengis pada yang berlaku buruk (padahal itu semua hanya pendapat, siapa saja bisa melakukan hal yang sangat manusiawi ini). tulisan bermuatan hiburan seperti yang saya sebutkan di atas membuat orang terhibur dan sependapat kemudian membagikannya di media sosial. mungkin karena kebiasaan ini, orang dengan mudah juga menyebar berita sebagai 'hiburan semata' tanpa menyaringnya terlebih dahulu. percaya berita boleh-boleh saja, tak ada yang bisa menghindar dari jeratan berita hoax. tapi untuk mengurangi kemungkinan terburuk berhentilah menyebar berita negatif dengan bersikap kritis. STOP SPREADING HOAX!

0 comments:

Mengapa Harus Karya Sastra?

Buku ditulis untuk dibaca. namun sayangnya, dengan hadirnya sosial media, orang hanya ingin memotret sampul buku yang bagus, mencari kata-kata yang sreg dalam buku, kemudian mengunggah hasilnya tanpa menyadari sesuatu yang penting terlewat. Berdasarkan studi Most Littered Nation in the World pada tahun 2016 silam, minat baca di Indonesia masih tergolong rendah yakni peringkat 60 dari 61 negara.





bisa saja hal ini lantaran buku yang tersedia di toko buku sedikit dan kurang bervariasi. saat masih sekolah saya juga kesulitan membeli buku bacaan karena alasan tadi, apalagi saya tinggal di kota kecil; hanya bisa membeli majalah dan buku pelajaran. sedangkan komik saya titipkan pada ibu dan kakak-kakak untuk dibeli di kota besar. di perpustakaan daerah juga buku-bukunya sudah tidak terawat; berdebu, bau lemari bahkan kertasnya menguning dan berlubang dimakan rayap. ada juga beberapa buku yang tidak ideal untuk dibaca. terbatasnya ketersediaan buku berkualitas serta kurangnya peran perpus di masyarakat membuat gedung ini sepi. sementara di kota besar kaum urban lebih tertarik main gawai, kumpul di kafe untuk ngopi, dan traveling untuk mengusir tekanan kehidupan kota. saat ada waktu luang kita lebih senang mencari hiburan dengan menonton reality show di TV, video youtube, nge-vlog dan bermain game online dibandingkan membaca buku. ini terjadi karena sejak masih kanak-kanak kita tidak diperkenalkan dengan buku bacaan atau cerita bergambar. berbeda dengan Jepang dan Finlandia, dua negara ini maju karena budaya membaca sudah mendarah daging. Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia karena budaya membaca. berbeda dengan dua negara tadi, masyarakat kita lebih senang membaca status update atau melihat story orang lain, menerima mentah-mentah dan menyebar berita hoax (karena sependapat dengan berita tersebut atau prihatin dengan peristiwa yang tergambar dalam sebuah media online), dan mengomentari public figure di media sosial masing-masing. 



padahal lewat membaca, Sumber Daya Manusia (SDM) meningkat. ini karena dalam kegiatan membaca menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, akan muncul gagasan baru, melatih kita untuk menganalisis dan mampu memecahkan persoalan-persoalan. selama ini kita tahu bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah. tapi hari berganti dan harta berkurang. masyarakat tidak tahu cara mengelola kekayaan ini sehingga kita hanya sekadar tahu harta kita banyak tanpa bisa memperbaiki kenyataan yang ada bahwa SDM juga harus ditingkatkan agar keduanya seimbang. meskipun pembangunan infrastruktur kota sampai pelosok sangat pesat, jika pertumbuhan SDM kita masih lambat maka hanya akan memperluas kesenjangan sosial.



bacaan ada berbagai variasi, mulai dari komik, majalah, novel, puisi, buku pelajaran, resep masakan, buku motivasi, hingga biografi tokoh-tokoh berpengaruh. tapi menurut saya karya sastra-lah yang lebih cepat mengantarkan kita pada perubahan hidup yang lebih baik. karya sastra bukan bacaan serius nan membosankan. sama seperti manfaatnya, karya sastra berfungsi sebagai dulce et utile, menghibur dan berguna (mendidik). selain yang sudah saya sebutkan di paragraf sebelumnya, lebih jauh lagi membaca karya sastra juga membantu kita mengontrol emosi, berempati, membebaskan imajinasi, dan tentu saja mengajarkan kita tentang nilai-nilai moral kehidupan.



membaca mampu mengubah hidup seseorang bahkan mempunyai dampak besar bagi banyak orang. contoh pertama, perubahan besar  sekaligus menjadi sejarah yang dibuat oleh pelopor emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini. pada zamannya, wanita tidak boleh berpendidikan sama seperti laki-laki dan tidak bebas menentukan pilihannya sendiri. Kartini muda gemar membaca buku, terlebih buku pejuang-pejuang wanita di Eropa. karena itu, ia sadar dan mulai menulis mencurahkan keluh kesah dan pemikiran-pemikirannya. meskipun gagal melanjutkan sekolah di luar negeri, Kartini berhasil mewujudkan cita-citanya memajukan kaum wanita Indonesia, mula-mula dengan mendirikan sekolah untuk gadis-gadis di Jepara. karena perjuangan Ibu Kartini, wanita Indonesia bisa merasakan dampaknya hingga saat ini. contoh kedua ialah salah satu pendiri bangsa, Drs Mohammad Hatta, Bung Hatta dikenal sebagai pendiri bangsa yang gemar membaca. pada masa studinya di Belanda, intelektualitasnya semakin terasah. gagasan-gagasannya dipakai untuk memantik api semangat rakyat Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. bahkan Bung Hatta pernah berkata "aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas". contoh yang ketiga datang dari dunia kampus, seorang aktivis dan intelektual muda, Soe Hok-Gie. sedikit berbeda dari dua tokoh sebelumnya, ia sudah akrab dengan buku sejak masa kanak-kanak. ia bahkan menulis catatan harian sejak berumur 14 tahun. karena keberanian dan pemikiran-pemikirannya, Hok-Gie dkk berhasil menggulingkan presiden Soekarno dari jabatan. dalam catatan hariannya, terlihat jelas pemikiran-pemikiran Gie yang kritis tumbuh dari kebiasaannya membaca. perlawanannya pada masa pemerintahan Soekarno yang menurutnya bertindak otoriter ini pun karena bercermin pada Revolusi Perancis di mana pada masa itu rakyat Perancis diperlakukan semena-mena oleh Kerajaan Perancis. yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Voltaire yang adalah seorang sastrawan mengkritik kerajaan Perancis lewat novel Candide. ia dihukum mati tapi novelnya dibaca oleh mereka yang sudah melek huruf, akhirnya terjadilah gerakan Revolusi Perancis. FYI, nama Leo Tolstoy pernah disebutkan dalam tulisan Soe Hok-Gie & Bung Hatta. ini berarti mereka gemar membaca karya-karya sastra.


berdasarkan pengalaman R.A Kartini, Bung Hatta dan Soe Hok-Gie di atas, ada satu benang merah yang menghubungkan tokoh-tokoh sejarah tersebut. yaitu membaca sejak usia dini. dengan demikian akan muncul pemikiran-pemikiran baru yang mengubah sejarah, atau mungkin lebih tepatnya mengulang sejarah. inilah yang harusnya diterapkan masyarakat kita. dalam ruang lingkup keluarga memperkenalkan buku bacaan pada anak-anak dan menumbuhkan kecintaan terhadap dunia kesusastraan pada anak sekolah dengan memaksimalkan perpustakaan sekolah. menyediakan sarana dan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan minat baca masyarakat sehingga bukan tidak mungkin generasi Z yang sudah sering diremehkan dengan kecanduan teknologi ini membuat perubahan besar menggenapi cita-cita bangsa.

2 comments:

Pages (8)1234567 »